Kebudayaan Bali
I.
KEBUDAYAAN
BALI
Bali berasal dari kata “Bal” dalam
bahasa Sansekerta berarti “Kekuatan”, dan “Bali” berarti “Pengorbanan” yang
berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap
untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam
mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.
Provinsi
bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena
merupakan salah satu aset devisa negara Indonesia yang cukup tinggi di
bidang pariwisatanya. Ibukota Provinsi Bali adalah Denpasar. Provinsi bali
sendiri tidak hanya terdiri dari pulau (dewata) Bali saja, namun juga terdiri
dari banyak pulau yang lain, contohnya pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa
Ceningan, dan lain – lain. Provinsi Bali secara astronomis terletak di 8° LS
dan 115° BT. Daerah ini masih memiliki iklim tropis seperti Provinsi lainnya di
Indonesia.
Secara
geografis provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur, dan Selat Bali di
sebelah barat, Laut Bali di sebelah utara, samudera hindia di sebelah selatan,
dan Selat Lombok di sebelah timur. Penduduk Bali terdiri dari dua, yaitu
penduduk asli Bali atau disebut juga Bali Aga (baca :bali age) dan penduduk
bali keturunan Majapahit. Sedangkan kebudayaan Bali memiliki kebudayaan yang
khas karena secara belum terpengaruhi oleh budaya lain.
Kebudayaan
Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran
agama Hindu. Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ),
yang sering ditentukan oleh faktor ruang ( desa ), waktu
( kala ) dan kondisi riil di lapangan (patra ).
Konsep desa, kala, dan patra menyebabkan
kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dan mengadopsi
pengaruh kebudayaan luar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa komunikasi dan
interaksi antara kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India (Hindu), Cina,
dan Barat khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan kreatifitas baru dalam
seni rupa maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni lukis, seni rupa dan
seni pertunjukkan banyak dipengaruhi oleh budaya India. Demikian pula budaya
Cina dan Barat/Eropa memberi nuansa batu pada produk seni di Bali. Proses
akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan
adaptif khususnya dalam kesenian sehingga tetap mampu bertahan dan tidak
kehilangan jati diri (Mantra 1996).
Kebudayaan
Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi
mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan ),
hubungan sesama manusia (pawongan ), dan hubungan manusia dengan
lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri
Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu
menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka
kesejahteraan akan terwujud.
Selain
nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga dikenal
adanya konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap
waktu. Menurut orang Bali masa lalu (athita ), masa kini ( anaghata )
dan masa yang akan datang ( warthamana ) merupakan suatu
rangkaian waktu yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan
manusia pada saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan
perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa yang akan datang. Dalam
ajaran hukum karma phaladisebutkan tentang sebab-akibat dari suatu
perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. Demikian pula
seBaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau tidak baik bagi yang
bersangkutan.
II.
UNSUR –
UNSUR BUDAYA
1.
BAHASA
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari
cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini
terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur
pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki
tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan
Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam
pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta
rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat
masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar
dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara
bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di
sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama
dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah
dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan
sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari
bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4
juta jiwa.
2.
TEKNOLOGI
Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system
pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di
sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak
ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan
ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional
yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila
keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena
gigitan binatang berbisa.
3.
ORGANISASI SOSIAL
a.
Kekerabatan
Adat menetap di Bali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan
kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering
berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru
menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah
adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang
baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai
pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya
Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.
b.
Kemasyarakatan
Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali
mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif).
Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan
atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif.
Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan
desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.
c.
Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas
bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan
terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali,
baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan,
kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran,
percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk
memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang
mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan
tangan.
d.
Religi
Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama
Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah
penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup
ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang
Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana
(sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa
(sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan
leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari
India.
Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara
Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah
meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri
adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang
pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10
(kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek
landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.
Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa
(filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam
upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan
sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada
roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil
keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5).
Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang
mengganggu manusia.
4.
KESENIAN
Bukan hanya keindahan alamnya saja yang menarik dari Bali,
namun keagungan tradisi masyarakatnya juga banyak menarik bahkan banyak dikaji
oleh orang-orang diluar Bali. Sebagaimana diketahui Bali memang kaya akan
berbagai kesenian tradisional, pakaian adat, bahasa, dan tradisi keagamaan yang
mewarnai realitas kehidupan masyarakat Bali. Ialah Tari Barong dan Tari Kecak
yang menjadi salah satu tarian tradisional khas Bali yang sudah terkenal
kemana-mana.
Apa menariknya dari kedua tarian ini? Kedua tarian ini bisa
dikata sebagai ikon kesenian tradisional Bali yang diangkat ke level nasional
bahkan internasional. Seringkali kedua tarian ini dijadikan sebagai media
promosi efektif paket-paket wisata di Bali oleh berbagai agen dan biro
perjalanan wisata. Bahkan hampir seluruh agen maupun biro perjalanan wisata ke
Bali selalu mengajak tamunya untuk menyaksikan Tari Barong dan Tari Kecak ini.
Pada umumnya, kedua tarian ini diadakan oleh sebuah kelompok
(Sakeha) seni tari tradisional yang ada di setia-setiap desa di Bali. Seperti
di Desa Batubulan misalnya, terdapat beberapa Sakeha yang memiliki jenis tarian
yang sama dengan Sekeha lainnya. Perbedaan diantara kelompok-kelompok itu ada
pada bentuk pelayanan dan tempat pertunjukkannya saja. Pada setiap pertunjukkan
di Batubulan, biasanya tarian pertama yang digelar adalah Tarian Barong yang
digabung dengan Tari Keris sehingga keduanya dikenal dengan Tari Barong dan Tari
Keris.
a.
Tari
Barong
Tari Barong mengambarkan pertarungan yang sengit antara
kebaikan melawan kejahatan. Barong vs Rangda ialah dua eksponen yang saling
kontradiktif satu dengan yang lainnya. Barong dilambangkan dengan kebaikan, dan
lawannya Rangda ialah manifestasi dari kejahatan. Tari Barong biasanya
diperankan oleh dua penari yang memakai topeng mirip harimau sama halnya dengan
kebudayaan Barongsai dalam kebudayaan China. Sedangkan Rangda berupa topeng
yang berwajah menyeramkan dengan dua gigi taring runcing di mulutnya.
b.
Tari Kecak
Tari Kecak pertama kali diciptakan pada tahun 1930 yang
dimainkan oleh laki-laki. Tari ini biasanya diperankan oleh banyak pemain
laki-laki yang posisinya duduk berbaris membentuk sebuah lingkaran dengan
diiringi oleh irama tertentu yang menyeruakan “cak” secara
berulang-ulang, sambil mengangkat kedua tangannya. Tari Kecak ini menggambarkan
kisah Ramayana di mana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.
Gambar
4.1 Tari Barong
Gambar
4.2 Tari Kecak
Source:
http://de-kill.blogspot.com/2009/04/sekilas-budaya-bali.htmlhttp://rezaciprulkun.blogspot.com/2010/10/kebudayaan-bali.html
http://wawanoutsider.wordpress.com/2010/04/05/kebudayaan-bali/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bali
http://pernikahanadat.blogspot.com/2010/01/pernikahan-adat-bali.html
http://blognikah.com/tata-cara-pernikahan-adat-bali/
http://bali.panduanwisata.com/pura-hindu-bali/agama-hindu-sebagai-keyakinan-mayoritas-masyarakat-bali/
http://bali.panduanwisata.com/blog/tari-barong-dan-tari-kecak/
http://intisari-online.com/media/Adi/IMG_2836.jpg
https://41.media.tumblr.com/6eb992a703806c8e120cb07bc7a6e315/tumblr_mpg6quqDwb1rvwis1o1_500.jpg
0 komentar:
Posting Komentar