Sulawesi
Sulawesi atau Pulau adalah sebuah pulau dalam wilayah Indonesia yang terletak di antara Pulau Kalimantan di sebelah barat dan Kepulauan Maluku di sebelah timur. Dengan luas wilayah sebesar 174.600 km², Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-11 di dunia. Di Indonesia hanya luas Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Papua sajalah yang lebih luas wilayahnya daripada Pulau Sulawesi, sementara dari segi populasi hanya Pulau Jawa danSumatera sajalah yang lebih besar populasinya daripada Sulawesi.
Geografi
Sulawesi merupakan pulau terbesar keempat di Indonesia setelah Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan 174.600 kilometer persegi. Bentuknya yang unik menyerupai bunga mawar laba-laba atau huruf K besar yang membujur dari utara ke selatan dan tiga semenanjung yang membujur ke timur laut, timur, dan tenggara. Pulau ini dibatasi oleh Selat Makasar di bagian barat dan terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku di sebelah timur.
Pemerintahan
Pemerintahan di Sulawesi dibagi menjadi enam provinsi berdasarkan urutan pembentukannya yaitu provinsi Sulawesi Selatan,Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sulawesi Tengah merupakan provinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulau-pulau di Banggai Kepulauan di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di provinsi ini bergunung-gunung (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter dari permukaan laut.
Budaya
Hasil kebudayaan Bugis yang paling terkenal adalah Kapal Pinisi. Kapal Pinisi adalah alat transportasi zaman dulu, biasanya untuk mengangkut barang. Kapal laut ini tergolong kapal layar, yang memakai tenaga angin sebagai penggerak. Kapal Pinisi ini sudah terkenal sejak abad ke-14. Bahkan sekarang, dunia sudah mengakui keberadaan Kapal Pinisi. Saat ini Kapal Pinisi digunakan sebagai kapal pesiar mewah dan kapal ekspedisi. Akan tetapi masih ada masyarakat Sulawesi yang menggunakan kapal ini sebagai alat transportasi sehari-hari. Anda bisa menemui kapal ini beserta proses pembuatannya di kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Penduduk suku Toraja terkenal sebagai penduduk yang bermukim di dataran tinggi atau pegunungan. Nenek moyangnya berasal dari suku bangsa cina. Hasil kebudayaannya sangat beragam, dan masih terjaga sampai saat ini. Yang paling mudah dikenali dari kebudayaan Toraja adalah rumah adatnya. Tongkonan adalah rumah adat suku Toraja. Rumah ini merupakan simbol spiritualital masyarakat Toraja. Berbagai upacara adat Toraja diselenggarakan di rumah ini.
Sosial Budaya Provinsi Sulawesi Utara
Penduduk Sulawesi Utara terdiri atas tiga kelompok etnis utama, masing-masing Suku Minahasa, Suku Sangihe dan Talaud, dan Suku Bolaang Mongondow, Masing-masing kelompok etnis terbagi pula subetnis yang memiliki bahasa, tradisi dan norma-norma kemasyarakatan yang khas. Inilah yang membuat bahasa di provinsi itu terbagi dalam Bahasa Minahasa ( Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Batik); Bahasa Sangihe Talaud ( Sangie Besar, Siau, Talaud); dan Bahasa Bolaang Mongondow (Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang). Namun demikian, Bahasa Indonesia digunakan dan dimengerti dengan baik oleh sebagian besar penduduk di sana.
Masyarakat Sulawesi Utara didominasi oleh Suku Minahasa (33,2%), diikuti Suku Sangir (19,8%), Suku Bolaang Mangondow (11,3%), Suku Gorontalo (7,4%) lalu Suku Totemboan (6,8%). Lagu daerah yang akrab mereka nyayikan adalah Sia Patokaan dan O Ina Ni Keke. Di Kota Manado dan sekitarnya, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Melayu Manado. Bahasa daerah Manado menyerupai Bahasa Indonesia tetapi dengan logat yang khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari bahasa Belanda dan bahasa Portugis karena daerah ini dulu merupakan wilayah penjajahan Belanda dan Portugis.
Penduduk di Kota Manado terdiri atas berbagai latar belakang etnis maupun agama. Mayoritas penduduk berasal dari Suku Minahasa, menyusul Suku Sangihe Talaud, Suku Bolaang Mongondow, Suku Gorontalo dan masyarakat keturunan Tionghoa. Selain itu terdapat pula Suku Jawa, Batak, Arab, Maluku, Makasar dan sebagainya. Mayoritas penduduk disana beragama Kristen dan Katolik. Sejumlah besar gereja dapat ditemui di seantero kota. Meski demikian, masyarakat Manado terkenal sangat toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya Kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. Sewaktu negeri ini sedang rawan akibat goncangan politik tahun 1999 dan berbagai kerusuhan melanda kota-kota di Indonesia, Kota Manado dapat dikatakan relatif aman. Hal itu tercermin dari semboyan masyarakat disana, torang samua basudara (kita semua bersaudara).
Musik tradisional dari Kota Manado dan sekitarnya adalah kolintang. Alat musik ini dibuat dari sejumlah kayu yang berbeda-beda panjangnya sehingga menghasilkan nada-nada yang berbeda. Biasanya untuk memainkan sebuah lagu dibutuhkan sejumlah alat musik kolintang untuk menghasilkan kombinasi suara yang bagus.
Masyarakat Manado juga disebut "warga Kawanua". Walaupun secara khusus Kawanua dinisbatkan kepada Suku Minahasa, secara umum penduduk Manado dapat disebut juga sebagai warga Kawanua. Dalam bahasa daerah Minahasa, "Kawanua" sering diartikan sebagai penduduk negeri atau "wanua-wanua" yang bersatu atau "Mina-Esa" (Orang Minahasa). Kata "Kawanua" diyakini berasal dari kata "Wanua", yang dalam bahasa Melayu Tua (Proto Melayu) diartikan sebagai wilayah permukiman. Sementara dalam bahasa Minahasa, kata "Wanua" diartikan sebagai negeri atau desa.
Sosial Budaya Provinsi Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara memiliki sejumlah kelompok bahasa daerah dengan dialek yang berbeda-beda. Perbedaan dialek ini memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia. Kelompok bahasa daerah di Sulawesi Tenggara dan dialeknya masing-masing adalah sebagai berikut:
Kelompok Bahasa Tolaki terdiri dari :
Dialek Mekongga
Dialek Konawe
Dialek Moronene
Dialek Wawonii
Dialek Kulisusu
Dialek Kabaena
Kelompok Bahasa Muna terdiri dari :
Dialek Tiworo
Dialek Mawasangka
Dialek Gu
Dialek Katobengke
Dialek Siompu
Dialek Kadatua
Kelompok Bahasa Pongana terdiri dari :
Dialek Lasalimu
Dialek Kapontori
Dialek Kaisabu
Kelompok Bahasa Walio (Buton) terdiri dari :
Dialek Kraton
Dialek Pesisir
Dialek Bungi
Dialek Tolandona
Dialek Talaga
Kelompok Bahasa Cia-Cia terdiri dari :
Dialek Wobula
Dialek Batauga
Dialek Sampolawa
Dialek Lapero
Dialek Takimpo
Dialek Kandawa
Dialek Halimambo
Dialek Batuatas
Dialek Wali (di Pulau Binongko)
Kelompok Bahasa Suai terdiri dari :
Dialek Wanci
Dialek Kaledupa
Dialek Tomia
Dialek Binongko
Untuk mengatur hubungan kehidupan antara masyarakat, telah berlaku hukum adat yang senantiasa dipatuhi oleh warga masyarakat. Jenis hukum adat tersebut antara lain adalah Hukum Tanah, Hukum Pergaulan Masyarakat, Hukum Perkawinan dan Hukum Waris.
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki berbagai jenis kesenian yang potensial sehingga memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia. Jenis-jenis kesenian tersebut adalah seni tari, seni ukir dan seni lukis serta seni suara dan seni bunyi. Seni tari, merupakan tarian masyarakat yang dipersembahkan pada setiap upacara tradisional maupun menjemput tamu-tamu agung yang diiringi oleh alat musik tradisional antara lain gong, kecapi dan alat tiupan suling bambu selain alat musik modern, jenis-jenis seni tari di Sulawesi Tengah adalah :
Tari Umoara
Tari Mowindahako
Tari Molulo
Tari Ore-ore
Tari Linda
Tari Dimba-dimba
Tari Moide-moide
Tari Honari
Selain itu di Sulawesi Tenggara terkenal juga dengan seni ukirnya yaitu ukiran perak. Sedangkan seni ukuran lainnya adalah anyaman rotan dan meja gempol dari kayu.
Sosial Budaya Provinsi Sulawesi Tengah
Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut. Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 12 kelompok etnis atau suku, yaitu:
Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu
Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Donggala
Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
Etnis Amona berdiam di kabupaten Poso
Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli dan
Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong.
Dari 12 kelompok/ etnis tersebut, Jumlah tokoh pemangku adat adalah sebanyak 216 orang. Di samping 12 kelompok etnis, ada beberapa suku terasing hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.
Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan masyarakat Bugis dan Makasar serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama islam, lainnya Kristen, Hindu dan Buddha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur dan tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Secara tradisional, masyarakat Sulawesi Tengah memiliki seperangkat pakaian adat yang dibuat dari kulit kayu ivo (sejenis pohon beringin) yang halus dan tinggi mutunya. Pakaian adat ini dibedakan untuk kaum pria dan kaum wanita.
Unsur-unsur adat dan budaya yang masih dimiliki antara lain:
Pakaian adat terbuat dari kulit kayu ivo
Rumah adat yang disebut tambi
Upacara adat
Kesenian (Modero/ tari pesta menyambut panen, Vaino/ pembacaan syair-syair yang dilagukan pada saat kedugaan, Dadendate, Kakula, Lumense dan PeuleCinde/ tari untuk menyambut tamu terhormat, Mamosa/ tarian perang, Morego/ tari menyambut pahlawan, Pajoge/ tarian dalam pelantikan raja/ pejabat dan Balia/ tarian yang berkaitan dengan kepercayaan animisme).
Selain mempunyai adat dan budaya yang merupakan ciri khas daerah, di Sulawesi Tengah juga memiliki kerajinan-kerajinan yang unik juga yaitu:
Kerajinan kayu hitam (ebony)
Kerajinan anyaman
Kerajinan kain tenun Donggala dan
Kerajinan pakaian dari kulit ivo.
Secara Umum kondisi keber-agamaan Tahun 2005 yang dianut oleh masyarakat terdiri dari:
Masyarakat penganut Agama Islam dengan tingkat persentase sebesar 78,9%
Masyarakat penganut Agama Kristen Protestan dengan tingkat persentase sebesar 16,29%
Masyarakat penganut Agama Kristen Katolik dengan tingkat persentase sebesar 1,47%
Masyarakat penganut Agama Hindu dengan tingkat persentase sebesar 3,07%
Masyarakat penganut Agama Buddha dengan tingkat persentase sebesar 0,68%.
Keberagaman pemeluk agama di Sulawesi Tengah di komunikasikan melalui Forum Komunikasi Antar Umat Beragama yang berfungsi mendinamisir kerukunan kehidupan antar umat beragama, intern umat beragama dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah, dengan pola saling menghargai antar satu sama lainnya.
Sosial Budaya Provinsi Sulawesi Selatan
Banyak etnis dan bahasa daerah digunakan masyarakat Sulawesi Selatan, namun etnis paling dominan sekaligus bahasa paling umum digunakan adalah Makassar, Bugis dan Toraja. Salah satu kebudayaan yang terkenal hingga ke mancanegara adalah budaya dan adat Tana Toraja yang khas dan menarik. Lagu daerah yang kerap dinyanyikan di antaranya lagu Makasar yaitu Ma Rencong-rencong, Pakarena dan Anging Mamiri. Sedangkan lagu Bugis adalah Indo Logo, dan Bulu Alaina Tempe dan untuk Tana Toraja adalah lagu Tondo.
Rumah-rumah adat di Bugis, Makassar dan Tator memiliki arsitektur tradisional yang hampir sama bentuknya. Rumah-rumah itu dibangun berdiri di atas tiang-tiang dan karenanya mempunyai kolong. Tinggi kolong disesuaikan tiap tingkatannya dengan status sosial pemilik, misalnya raja, bangsawan, orang berpangkat dan rakyat biasa. Masyarakat di sana percaya bahwa selama ini penghuni pertama zaman prasejarah di Sulawesi Selatan adalah orang Toale. Ini didasarkan atas temuan Fritz dan Paul Sarasin tentang orang Toale, yang berarti orang-orang yang tinggal di hutan, atau lebih tepat dikatakan penghuni hutan. Orang Toale masih satu rumpun keluarga dengan suku bangsa Wedda di Srilangka.
Salah satu upacara adat di Tanah Toraja (Tator) adalah upacara Rambu Solo (upacara berduka/ kematian) yang merupakan upacara besar sebagai ungkapan dukacita. Sedangkan dikalangan masyarakat Bugis terdapat falsafah hidup "Aja Muamelo Ribetta Makkala' Ricappa'na Letenga"Â, yang berarti masyarakat menanti dengan penuh harap pemimpin pemerintahan yang bertindak cekatan dan bereaksi cepat mendahului orang lain dengan penuh keberanian meskipun menghadapi tantangan berat.
Ada pula falsafah "Namo maega Pabbisena, Nabongngo Pollopina, Teawa Nalureng". Maksudnya biar banyak pendayungnya tetapi juru mudinya tidak mahir, saya tidak mau menumpangi perahu itu. Dengan kata lain, falsafah ini mengajarkan jika terdapat pemimpin yang tidak cerdas, selayaknya dia tidak diikuti walaupun banyak punggawanya.
0 komentar:
Posting Komentar