ILMU SOSIAL DASAR 2 (JAWA)

Posted in Rabu, 07 Januari 2015
by ALFA

Jawa


Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dan merupakan terluas ke-13 di dunia. Dengan penduduk sekitar 136 juta, pulau iniberpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan salah satu tempat terpadat di dunia. Meskipun hanya menempati urutan terluas ke-5, Pulau Jawa dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. Ibu kota Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa bagian barat.
Jawa adalah pulau yang relatif muda dan sebagian besar terbentuk dari aktivitas vulkanik. Deretan gunung-gunung berapi membentuk jajaran yang terbentang dari timur hingga barat pulau ini, dengan dataran endapan aluvial sungai di bagian utara.
Banyak sejarah Indonesia berlangsung di pulau ini. Dahulu, Jawa adalah pusat beberapa kerajaan Hindu-Buddha, kesultanan Islam, pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, serta pusat pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pulau ini berdampak besar terhadap kehidupan sosial, politik, dan ekonomi Indonesia.
Sebagian besar penduduknya bertutur dalam tiga bahasa utama. Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu dari 60 juta penduduk Indonesia, dan sebagian besar penuturnya berdiam di pulau Jawa. Sebagian besar penduduk adalah bilingual, yang berbahasa Indonesia baik sebagai bahasa pertama maupun kedua. Dua bahasa penting lainnya adalah bahasa Sunda dan bahasa Melayu(bahasa Betawi). Sebagian besar penduduk Jawa adalah muslim, namun terdapat beragam aliran kepercayaan, agama, kelompok etnis, serta budaya di pulau ini.


Penduduk
Dengan populasi sebesar 136 juta jiwa. Jawa adalah pulau yang menjadi tempat tinggal lebih dari 57% populasi Indonesia. Dengan kepadatan 1.029 jiwa/km², pulau ini juga menjadi salah satu pulau di dunia yang paling dipadati penduduk. Sekitar 45% penduduk Indonesia berasal dari etnis Jawa. Walaupun demikian sepertiga bagian barat pulau ini (Jawa Barat, Banten, dan Jakarta) memiliki kepadatan penduduk lebih dari 1.400 jiwa/km2.
Sejak tahun 1970-an hingga kejatuhan Suharto pada tahun 1998, pemerintah Indonesia melakukan program transmigrasi untuk memindahkan sebagian penduduk Jawa ke pulau-pulau lain di Indonesia yang lebih luas. Program ini terkadang berhasil, namun terkadang menghasilkan konflik antara transmigran pendatang dari Jawa dengan populasi penduduk setempat. Di Jawa Timur banyak pula terdapat penduduk dari etnis Madura dan Bali, karena kedekatan lokasi dan hubungan bersejarah antara Jawa dan pulau-pulau tersebut. Jakarta dan wilayah sekelilingnya sebagai daerah metropolitan yang dominan serta ibukota negara, telah menjadi tempat berkumpulnya berbagai suku bangsa di Indonesia.
Penduduk Pulau Jawa perlahan-lahan semakin berciri urban, dan kota-kota besar serta kawasan industri menjadi pusat-pusat kepadatan tertinggi. Berikut adalah 10 kota besar di Jawa berdasarkan jumlah populasi tahun 2005.
Etnis dan budaya
Mitos asal usul pulau Jawa serta gunung-gunung berapinya diceritakan dalam sebuah kakawin, bernama Tangtu Panggelaran. Komposisi etnisdi pulau Jawa secara relatif dapat dianggap homogen, meskipun memiliki populasi yang besar dibandingkan dengan pulau-pulau besar lainnya di Indonesia. Terdapat dua kelompok etnis utama asli pulau ini, yaitu etnis Jawa dan etnis Sunda. Etnis Madura dapat pula dianggap sebagai kelompok ketiga; mereka berasal dari pulau Madura yang berada di utara pantai timur Jawa, dan telah bermigrasi secara besar-besaran keJawa Timur sejak abad ke-18. Jumlah orang Jawa adalah sekitar dua-pertiga penduduk pulau ini, sedangkan orang Sunda mencapai 20% dan orang Madura mencapai 10%.
Empat wilayah budaya utama terdapat di pulau ini: sentral budaya Jawa (kejawen) di bagian tengah, budaya pesisir Jawa (pasisiran) di pantai utara, budaya Sunda (pasundan) di bagian barat, dan budaya Osing (blambangan) di bagian timur. Budaya Madura terkadang dianggap sebagai yang kelima, mengingat hubungan eratnya dengan budaya pesisir Jawa. Kejawen dianggap sebagai budaya Jawa yang paling dominan. Aristokrasi Jawa yang tersisa berlokasi di wilayah ini, yang juga merupakan etnis dengan populasi dominan di Indonesia. Bahasa, seni, dan tata krama yang berlaku di wilayah ini dianggap yang paling halus dan merupakan panutan masyarakat Jawa. Tanah pertanian tersubur dan terpadat penduduknya di Indonesia membentang sejak dari Banyumas di sebelah barat hingga ke Blitar di sebelah timur.
Jawa merupakan tempat berdirinya banyak kerajaan yang berpengaruh di kawasan Asia Tenggara,  dan karenanya terdapat berbagai karya sastra dari para pengarang Jawa. Salah satunya ialah kisah Ken Arok dan Ken Dedes, yang merupakan kisah anak yatim yang berhasil menjadi raja dan menikahi ratu dari kerajaan Jawa kuno; dan selain itu juga terdapat berbagai terjemahan dari Ramayana dan Mahabharata.
Sosial Budaya Provinsi D.I Yogyakarta
Bahasa pengantar umumnya menggunakan bahasa Jawa yang sekaligus juga menunjukkan etnis yang ada di provinsi DIY adalah suku/etnis Jawa. Aset budaya yang dimiliki meliputi budaya yang bersifat fisik (tangible) dan non-fisik (intangible).
Kawasan cagar budaya berjumlah 13 Kawasan Cagar Budaya (KCB), tersebar di 4 Kabupaten dan Kota terdiri dari 6 KCB di wilayah urban kota, 3 KCB di wilayah Suburban. Potensi Benda Cagar Budaya yang dimiliki sebanyak 365 buah.
Potensi museum yang di miliki baik museum negeri maupun museum swasta berjumlah 30 museum yang terdiri dari 14 museum Benda Cagar Budaya dan Kesenian, 7 museum Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan serta 9 museum Perjuangan. Keberadaan museum Kota Yogyakarta 18 buah, Kabupaten Sleman 9 buah, Kabupaten Bantul 2 buah, dan Kabupaten Gunung Kidul 1 buah.
Potensi budaya Non-fisik meliputi kesenian dalam berbagai jenis dan seni rupa, seni tari, seni musik, seni teater, dan lainnya. Dari sisi jumlah organisasi da group kesenian DIY sebanyak 2863 buah yang tersebar di empat kabupaten dan kota.
Upacara adat adalah salah satu kegiatan budaya masih di lakukan oleh masyarakat. Di kota Yogya masih dilakukan 5 upacara adat, Kabupaten Sleman terdapat 11 upacara adat, Kabupaten Bantul terdapat 24 upacara adat, Kabupaten Kulon Progo terdapat 10 upacara adat, dan Kabupaten Gunung Kidul terdapat 16 upacara ada pada 9 Kecamatan.
Yogyakarta merupakan pusat bahasa dan sastra Jawa yang meliputi bahasa parama sastra, ragam sastra, bausastra, dialek, sengkala serta lisan dalam bentuk dongeng, japamantra, pawukon, dan aksara Jawa.
Prasaran budaya sebagai penunjang terhadap kelestarian dan pengembangan kreativitas seniman telah ada sebanyak 130 buah dalam berbagai bentuk, seperti panggung, pendopo, ruang pamer, ruang pertunjukan, studio musik balai desa, auditorium, sanggar, lapangan, sedangkan pusat-pusat pelestarian budaya tradisional yang disebut desa budaya, terdapat kurang lebih 60 desa budaya dan 22 desa wisata dengan potensi fisik maupun non fisik.
Di provinsi ini berjumlah 178 lembaga terdiri dari yayasan, organisasi, lembaga pendidikan, instansi pemerintah serta organisasi yang melestarikan nilai budaya daerah. Pembentukan lembaga ini dalam rangka mengikuti perubahan yang sangat cepat dan tidak diimbangi dengan kesiapan budaya bangsa dalam rangka menciptakan Indonesia yang aman dan damai, untuk itu pemerintah provinsi melalui potensi dan sumber budaya yang dimiliki mengolah budaya setempat sebaik mungkin dalam rangka mewujudkan Indonesia yang aman dan damai.




Sosial Budaya Provinsi Jawa Barat
“Silih Asah
Silih Asih
Silih Asuh”
Kata-kata puitis diatas bukan sembarangan puisi, melainkan sebagai filsafat hidup yang dianut mayoritas penduduk Jawa Barat. Filosofi ini mengajarkan manusia untuk saling mengasuh dengan landasan saling mengasihi dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Sejatinya, inilah suatu konsep kehidupan demokratis yang berakar pada kesadaran dan keluhuran akal budi, yang akar filsafatnya menusuk jauh ke dalam bumi dalam pengertian hafiah. Berbeda dengan peradaban masyarakat lain di Nusantara, peradaban masyarakat Jawa Barat yang berpenduduk asli dan berbahasa Sunda sangat dipengaruhi oleh alam yang subur dan alami. Itulah sebabnya, dalam interaksi sosial, masyarakat di sana menganut falsafah seperti di kutip di atas.
Selain akrab dengan alam lingkungan dan sesama manusia, manusia Sunda juga dekat dengan Tuhan yang menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta tempat mereka berkehidupan (Triangle of life). Keakraban masyarakat Sunda dengan lingkungan tampak dari bagaimana masyarakat Jawa Barat, khususnya di pedesaan, memelihara kelestarian lingkungan. Di provinsi ini banyak muncul anggota masyarakat yang atas inisiatif sendiri memelihara lingkungan alam mereka.
Keakraban masyarakat Jawa Barat dengan Tuhan, menyebabkan masyarakat di sana relatif dikenal sebagai masyarakat yang agamis, relijius, yang memegang teguh nilai-nilai ajaran agama yang mereka anut yakni agama Islam sebagai agama dengan penganut terbesar, kemudian Kristen (Katolik dan Protestan), Hindu, Budha, dan lainnya. Kendati demikian, dalam proses kehidupan sehari-hari, masyarakat Jawa Barat relatif terbuka saat berinteraksi dengan nilai-nilai baru yang cenderung sekuler dalam suatu proses interaksi dinamis dan harmonis. Peningkatan kualitas kehidupan dan kerukunan umat beragama tergambarkan dengan meningkatnya sarana peribadatan. Jumlah Mesjid meningkat dari 43.005 buah pada tahun 2004 menjadi 50.339 buah pada tahun 2005, Gereja Kristen dari 1.536 buah menjadi 1.629 buah, Gereja Katolik/Kapel dari 50 buah menjadi 110 buah, Pura/Kuil/Sanggah dari 24 buah menjadi 25 buah dan Vihara/Cetya/Klenteng dari 171 menjadi 181 buah.
Budaya Jawa Barat didominasi Sunda. Adat tradisionalnya yang penuh khasanah Bumi Pasundan menjadi cermin kebudayaan di sana. Perda Kebudayaan Jawa Barat bahkan mencantumkan pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah, kesenian, kepurbakalaan dan sejarahnya, nilai-nilai tradisional dan juga museum sebagai bagian dari pengelolaan kebudayaan. Pariwisata berbasis kebudayaan yang menampilkan seni budaya Jawa Barat, siap ditampilkan dan bernilai ekonomi.


Sosial Budaya Provinsi Jawa Tengah
Cuma ada satu bahasa daerah dan satu suku di Jawa Tengah, yakni Jawa. Untuk membina budaya lokal telah diselenggarakan Kongres Bahasa Jawa IV pada 10-14 Oktober 2006. Kongres ini diikuti oleh utusan dari seluruh Indonesia maupun utusan luar negeri. Salah satu tindak lanjut rekomendasi kongres ini adalah penerapan kurikulum Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran muatan lokal pada jenjang SD/sederajat, SLTP/sederajat, dan SMA/sederajat di Jawa Tengah.
Kehidupan beragama cukup baik dan harmonis. Prioritas pembangunan antara lain juga difokuskan untuk meningkatkan pembangunan Klenteng Sam Poo Khong, Vihara Budhagaya, Watugong, dan Mesjid Agung Jawa Tengah.


Sosial Budaya Provinsi Jawa Timur

Secara umum kondisi kehidupan beragama di Jawa Timur sesuai dengan harapan semua pihak, ditandai dengan semaraknya kehidupan beragama dan kerukunan hidup antar umat beragama saling menghormati dalam menjalankan ajaran agama masing-masing. Perkembangan tempat peribadatan mengindikasikan bahwa kesemarakan hidup beragam semakin mantap sehingga di harapkan mampu membentengi segenap lapisan masyarakat dari arus globalisasi yang melanda dunia. Jumlah bahasa daerah yang ada sebanyak 6 bahasa dengan jumlah etnis/suku sebanyak 5 suku. Jumlah situs-situs bersejarah sebanyak 181 buah tersebar di berbagai daerah.